Mampu melihat dan memilih masalah yang akan ditulis. Ini
merupakan hal yang paling penting dari suatu SKRIPSI dan membedakan dengan
menulis pada umumnya. Bagaimanapun skripsi adalah suatu bentuk karya tulis
ilmiah yang mana mahasiswa diharapkan dapat berpikir ilmiah dengan membuat
suatu penelitian sebagai objeknya. Untuk itu yang perlu diperhatikan adalah
hal-hal yang akan sampaikan berikut.
“APA” masalahnya tersebut, darimana anda mengetahui bahwa itu
menjadi suatu masalah. Jika informasi tersebut diperoleh dari suatu studi
pustaka berdasarkan jurnal-jurnal canggih up-to-dated maka tentunya lebih mudah
meyakinkan orang lain bahwa masalah tersebut cukup baik untuk dibahas. Tetapi
jika hasil pemahaman subyektif atau hasil pengamatan empiris pribadi belaka
maka tentunya perlu data-data pendukung yang dibuat yang lebih banyak sehingga
orang dapat yakin bahwa itu memang masalah yang patut dibahas (kerja lebih
banyak).
“MENGAPA” anda memilih masalah tersebut, karena dosen
pembimbingnya yang memilihkannya, atau karena anda menyukai bidang dimana
masalah tersebut berada, tentu akan membedakan strategi anda mengerjakan tugas
SKRIPSI tersebut. Sebaiknya usahakan anda memilih karena anda memang menyenangi
bidang dimana masalah tersebut ada. Untuk itu, apakah anda menguasai persoalan
atau tidak itu tidak menjadi masalah. Jika anda menguasai persoalan , misalnya
tentang pemrograman, maka tentu akan mempermudah anda menyelesaikan tugas itu.
Tapi jika tidak, maka itu merupakan kesempatan berharga anda untuk mendapat
knowledge yang lain (mendapat ilmu baru), meskipun itu perlu ekstra tenaga.
Ngelmu iku kelakone kanthi laku.
( indonesianya : menguasai ilmu itu perlu usaha keras, ingat
cerita silat jawa: perlu bertapa dihutan-hutan atau di tempuran sungai agar
digdaya ).
Jika anda tidak tahu apa-apa (netral terhadap masalah
tersebut) maka usahakan bahwa masalah tersebut dipahami oleh dosen pembimbing.
Jika masalah itu yang memberi adalah dosen, maka diharapkan dosen tersebut juga
tahu bagaimana dengan masalah tersebut. Jika benar-benar nggak tahu tentang
masalah yang akan dipilih, maka pilihlah dosen pembimbing yang anda tahu
kemampuannya, yang anda anggap dapat membimbing anda (anda punya respek terhadap dia).
“BAGAIMANA” masalah tersebut akan dapat diselesaikan, ini
tentu memperkirakan ilmu-ilmu apa yang diperlukan untuk memecahkan massalah
tersebut. Bisa melihat publikasi sebelumnya. Apakah untuk itu perlu uji
eksperimental, penyelesaian parametris atau pemrograman atau yang lain.
Kira-kira anda mempunyai keyakinan mampu atau tidak dengan itu. Itu
konsekuensinya biaya dan waktu lho.
“BILAMANA” masalah tersebut terpecahkan , apa yang kira-kira
anda dapatkan. Bila anda tahu apa yang dapat anda berikan jika masalah tersebut
terselesaikan maka ini mendukung kepercayaan diri bahwa solusi dari SKRIPSI ini
akan berharga. Bahkan kalau PD maka dapat diinformasikan ke teman-teman lain,
misal ke seminar dsb. Menambah kepercayaan diri, juga nilai tambah jika membuat
lamaran kerja.
Mampu memformulasikan MASALAH yang dipilih. Jika telah
mempunyai alasan yang kuat tentang suatu masalah maka untuk realitas kerjanya
maka usahakan masalah tersebut diformulasikan dalam bentuk tulisan pendek.
Dalam hal ini dalam bentuk ABSTRAK. Kaget ya ? . Khan biasanya bikin abstract
jika tulisan sudah selesai, itu jika abstract diterjemahkan sebagai rangkuman.
Lha inilah bedanya, pengalaman dulu yang mengatakan bahwa abstrak dibuat
setelah selesai dikerjakan, itu SALAH. Jika kondisinya demikian maka pengerjaan
skripsi anda belum berbentuk, bisa liar, bisa kesana-kemari, tidak jelas, bisa
lama. Kenapa ? Karena spesifikasinya belum ada (belum jelas/samar). Dengan
membuat ABSTRACT terlebih dahulu maka anda sudah berusaha memfokuskan pikiran
ke masalah tersebut yaitu dengan menuliskannya. Apa abstract tersebut kaku, ya
enggak. Rubah-sedikit-sedikit ya nggak apa, tetapi dengan membuat abstract,
kita tahu : o000 ada perubahan, mengapa,
tentunya agar lebih baik lagi. TERKENDALI.
Dalam membuat abstrak tersebut, perlu untuk membagi menjadi
tiga tahapan utama, yaitu tahapan INTRO: yaitu mengenalkan masalah, apa,
mengapa, dan batasan-batasannya (nanti jadi BAB 1 dan BAB2); tahapan PROGRES:
yaitu tentang bagaimana masalah tersebut dicoba dipecahkan, termasuk juga
pembahasannya (nanti jadi BAB 3 dan BAB4); dan tahapan KESIMPULAN tentang
bilamana masalah dapat terpecahkan (nanti jadi BAB5).
Evaluasi ABSTRACT bersama dosen pembimbing. Apakah abstract
sudah menggigit. Bila perlu bisa juga dimasukkan ke seminar atau minta pendapat orang lain yang kritis.
Tangkap masukan yang diberikan, evaluasi atau diskusikan dengan dosen. Jika
mantap maka dapat dilanjutkan. Ingat, mutu tidaknya suatu hasil penelitian
(skripsi) dapat dengan mudah dibaca dari abstract-nya. Jika abstract-nya nggak
ada isi-nya maka kecil kemungkinan materi skripsi yang utama juga dibaca,
paling-paling disimpan digudang. Tidak membanggakan untuk ditunjukkan orang
lain. Tetapi abstract yang hebat kadang-kadang bisa mengecoh.
Jika abstract sudah OK. Bisa dilanjutkan.
Jika anda sudah tahu apa masalah anda, mengapa anda memilih
masalah tersebut, batasan-batasan masalah yang dipilih dan strategi
penyelesaian yang akan dikerjakan maka tentunya hal itu dapat dituangkan dalam
BAB 1. Penulisan BAB1 sangat penting karena menentukan luasan atau cakupan yang
didiskusikan dalam bab-bab selanjutnya. Bab1 merupakan pengikat, pedoman kerja
untuk bab-bab berikutnya. Jangan biasakan meniru BAB1 orang lain, belum tentu
cocok. Jadi intinya Bab1 adalah pedoman kerja untuk penulisan bab-bab
selanjutnya.
Untuk dapat mengerjakan skripsi sesuai dengan BAGAIMANA
menyelesaikan masalah tersebut, tentu anda harus tahu lebih dahulu bagaimana
strategi orang lain menangani atau bertindak terhadap masalah tersebut. Ini
dapat diketahui dengan melakukan studi pustaka (BAB2), mereview publikasi orang
lain dari jurnal-jurnal atau yang lainnya. Usahakan pakailah acuan
jurnal-jurnal terkini (menurut salah satu profesor saya, gunakan jurnal dalam lima tahun terakhir). Tetapi
bisa juga anda mengutip suatu karya yang pernah diterbitkan ratusan tahun yang
lalu jika karya tersebut memang karya monumental di bidangnya. Sekali lagi,
usahakan yang dijadikan referensi adalah jurnal ilmiah, bila terpaksa, baru
textbooks.
Referensi dalam suatu penelitian and publikasi juga dapat
menjadi indikasi kehebatan dari materi yang diteliti dan ditulis tersebut.
Jangan gunakan diktat kuliah sebagai referensi, karena kalau
hanya diktat kuliah kayaknya kurang berbobot (kecuali yang telah dipublikasikan
ke luar), jika hanya sekedar diktat copy-an sebaiknya hindari saja. Kecuali
jika diktat itu diberikan oleh dosen yang terkenal pakar pada bidang yang
dimaksud dan merupakan problem yang belum pernah dipublikasikan sebelumnya.
**tetapi hati-hati, karena umumnya : dosen-dosen umumnya menyakinkan didepan
kelasnya, tetapi kalau ketemu teman-teman sejawat-nya mejen **tak
berkutik/pasif** Pengalaman menunjukkan bahwa diktat-diktat seperti itu di Indonesia hanya
dibuat dari copy-and-paste aja. **kadang nggak bermutu**. Sorry nggak semua,
tetapi kalau bisa cari rujukan yang dipublikasikan resmi.
Dengan memahami publikasi-publikasi yang ada tentang masalah
yang dibahas tentunya dapat diambil suatu kesimpulan atau dugaan, apa-apa saja
yang telah dilakukan orang.
Selanjutnya kembali ke persyaratan pembuatan skripsi (level
S1) tentunya bobotnya berbeda dengan tesis (level S2) atau disertasi (level
S3). Pada level S1 tidak diperlukan suatu tingkat penelitian yang orisinil
seperti halnya disertasi atau kedalaman seperti level S2. Menurut pemahaman
penulis : pada level S1 , mahasiswa cukup diminta belajar memahami
permasalahan, mengerti alasan mengapa permasalahan tersebut perlu dibahas,
mengetahui tindakan orang lain tentang masalah tersebut termasuk tahu sisi baik
dan buruknya masing-masing dan dapat menerapkannya pada kasus lokal (studi
kasus) serta menarik kesimpulan dari tindakan yang dikerjakannya.
Jika laporannya (skripsinya) dapat dibaca dan memperlihatkan
alur logika-logika seperti di atas maka mahasiswa tersebut mestinya sudah
pantas lulus level S1. Proses tersebut mencakup bab 3 – sampai bab akhir.
Pada dasarnya penulisan skripsi yang paling sulit adalah
pada cara memulainya, jika sudah sampai langkah ke-10 diatas maka penulisan
dapat berkembang sangat cepat, dan bab-babnya bisa berkembang. Hanya ingat
bahwa bab dibatasi pada suatu tahapan yang bisa mandiri, dan ingat bahwa setiap
bab satu dengan yang lainnya harus ada benang merah yang menghubungkannya
(terkait).
Urutan-urutan bab, yaitu pada awal adalah intro, berkembang
pada progress dan diakhiri dengan kesimpulan. Kesimpulan penting sekali, itu
menunjukkan apakah penulis (mahasiswa) memahami apa yang dikerjakannya atau
tidak, tergantung dari kesimpulan yang diberikan. Kesimpulan harus suatu yang spesifik
tentang masalah tersebut. Apa yang terjadi , juga dengan kesimpulan dapat
diketahui bahwa tulisan tersebut berguna
atau tidak, bisa dilihat dari kesimpulan yang diberikan.
Ingat dalam pembuatan skripsi, ketebalan tulisan tidak bisa
menjadi ukuran apakah itu berbobot atau tidak. Suatu skripsi yang tipispun jika
memenuhi konsep-konsep di atas bahkan kalau dikemas dengan baik itu dapat
menarik untuk dipresentasikan diforum ilmiah yang lebih luas, dan dapat
dibanggakan.
O ya, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan
menurut saya adalah :
Tampilan adalah nomer satu, isi baru ke dua. Jangan dibalik
dan dibandingkan dengan manusia. Pengalaman menunjukkan bahwa bila tampilan
(format) suatu tulisan tidak diperhatikan (jelek) maka isinya kemungkinan besar
juga tidak akan dibaca. Dalam hal seperti itu, dosen penguji akan melihat-lihat
lebih banyak tulisan anda, dan ada kemungkinan menemukan suatu kesalahan dari
tulisan anda.
Pastikan format yang digunakan sesuai dengan petunjuk dari
Institusi (ini penting), berapa margin kiri-atas dsb, ukuran font, jumlah
spasis pada baris, dsb-nya. Format yang baik kadang-kadang dapat mengecoh dosen
penguji yang malas, sehingga ada kemungkinan tidak akan ketemu kesalahan yang
ada (bila ada). Sehingga waktu di uji **selamat**.
Tentang ISI. Kualitas kadang-kadang bersifat relatif.
Tergantung dosen dsb. Tetapi yang jelas dan langsung bisa dinilai adalah
KONSISTENSI. Suatu tulisan harus konsisten, antara satu bagian dan bagian yang
lain dalam skripsi tersebut. Jika tidak konsisten, maka itu dapat dijadikan
modal untuk menguji materi skripsi tersebut. Pendapat anda saling di adu
sendiri.
Tulislah APA-APA YANG DIKUASAI saja. Jika ada hal-hal yang
tidak diketahui (meski sudah usaha kesana-kemari) maka usahakan bagian tersebut
dihilangkan (itu jika tidak mempengaruhi bagian-bagian lain). Jika tidak bisa
maka usahakan hal tersebut di luar cakupan masalah yang diteliti. Ini penting.
Ingat sebagai penulis maka seharusnya penulis menguasai tulisan yang dibuatnya.
O ya, penting juga untuk mencari alasan yang bagus mengapa anda tidak perlu
membahas hal tersebut (persiapan bila ada dosen yang kritis yang tahu tentang
itu, tapi ini jarang terjadi, ya siapa tahu.)
Semua tabel harus ada judul tabel dan nomer tabel, semua
gambar harus ada judul gambar dan nomer gambar. Konsisten baik font dan
nomernya dikeseluruhan laporan. O ya, gambar yang ditampilkan pada bagian dalam
tulisan hanya yang mendukung ulasan / tulisan pada bagian itu. Jika sifatnya
umum dan ukurannya besar maka sebaiknya di tampilan pada lampiran.
Daftar Pustaka harus ada, ciri-ciri tulisan ilmiah adalah
adanya acuan pustaka, dan penting yang harus diperhatikan bahwa yang
dicantumkan pada Daftar Pustaka adalah yang diacu saja. Jangan sekedar nampang.
Bagi orang awam memang kelihatannya keren, tulisannya didukung jurnal-jurnal
ilmiah hebat, tapi bagi yang ngerti : apa-apaan ini, koq semuanya dicantumin,
pasti penulisnya nggak baca dan tulisannya biasanya nggak berbobot (nggak tahu
apa yang dituliskan, jadi biar tebal sembarangan nulis aja). Dosen penguji (yg
tahu) cenderung ingin membuat pertanyaan menguji, “apa bener mahasiswa ini
membaca pustak yang tercantum tersebut”. Hati-hati.
Yang terakhir, jangan segan-segan untuk membaca ulang,
prinsipnya semakin banyak anda membaca ulang maka semakin kecil kemungkinan
kesalahan akan timbul.
Apabila mungkin, biarkan draf anda agak sehari atau dua hari
sebelum merevisinya. Hal ini akan memberi jarak mental anda dengan karya
sehingga kemudian anda kembali dengan prespektif baru yang berbeda dan lebih
segar. Saat itu anda bukan lagi pribadi yang sama dengan ketika anda menulis
draf pertama. (Atmazaki 2006)
Selain itu dengan semakin banyak membaca ulang skripsi anda
maka anda semakin memahami masalah tersebut (sebagai modal nanti waktu
presentasi oral).
Ketidak-mauan membaca ulang makalah anda menunjukkan bahwa
anda belum mantap dengan karya tulis yang anda buat, ada ‘sesuatu’ dengan
tulisan anda. Jika anda sendiri tidak mantap terhadap karya anda. Bagaimana
orang lain bisa mantap. Itu prinsip menulis yang baik.
Untuk mendukung terciptanya skripsi yang baik dan akhirnya
dapat mengantar mahasiswa mencapai kelulusan dengan mantap, maka banyak membaca
merupakan kunci utamanya.
sumber : http://wiryanto.wordpress.com